Rabu, 16 September 2015

Mengenal Varietas Padi yang Adaptif Terhadap Perubahan Iklim



Upaya peningkatan produksi beras di Indonesia saat ini dan pada masa yang akan datang di antaranya masih terkendala oleh : (1) semakin terbatasnya ketersediaan air pengairan dan sumber air, (2) perubahan iklim akibat pemanasan global yang terwujud dalam bentuk peningkatan suhu udara, kebanjiran dan kekeringan, (3) pergeseran waktu dan pola tanam, (4) kecenderungan peningkatan serangan hama dan penyakit tanaman dan (5) pemilihan komoditas/varietas yang kurang sesuai dengan kondisi iklim.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) telah melakukan perbaikan teknik budidaya padi sawah dengan varietas unggul. Selain berdaya hasil tinggi sekitar 5-8 ton/ha, beberapa varietas tersebut berumur pendek, tahan terhadap OPT tertentu, toleran terhadap banjir maupun kekeringan, responsive terhadap pemupukan, serta rasa nasi yang sesuai dengan preferensi masyarakat. Upaya tersebut akan lebih optimal melalui pendekatan operasional dengan memperhatikan informasi antar musim dan waktu tanam yang tepat.
Serangan hama/penyakit, banjir dan kekeringan hampir selalu terjadi setiap tahun. Intensitas dan frekuensi serangannya semakin meningkat yang salah satu penyebabnya dipicu oleh intensitas dan frekuensi perubahan iklim yang makin meningkat dalam dasawarsa terakhir. Ancaman banjir dan kekeringan yang semakin sering terjadi pada lahan sawah menyebabkan berkurangnya luas areal panen dan produksi padi. Peningkatan intensitas banjir secara tidak langsung akan mempengaruhi produksi karena meningkatnya serangan hama dan penyakit tanaman. Terdapat indikasi bahwa lahan sawah yang terkena banjir pada musim sebelumnya berpeluang lebih besar mengalami ledakan serangan hama wereng coklat. Di lain pihak, kekeringan juga akan menurunkan hasil tanaman.
Salah satu upaya antisipasi menghadapi permasalahan tersebut adalah melalui penggunaan varietas unggul. Menurut Susanto (2003) varietas unggul merupakan teknologi yang mudah, murah dan aman dalam penerapan, serta efektif meningkatkan hasil. Teknologi tersebut mudah, karena petani tinggal menanam, murah karena varietas unggul yang tahan hama misalnya, memerlukan insektisida jauh lebih sedikit dari pada varietas yang peka. Varietas unggul relative aman, karena tidak menimbulkan polusi dan perusakan lingkungan. Fattah (2008) menyatakan bahwa komponen teknologi baru dengan menggunakan varietas unggul baru (VUB) lebih cepat diadopsi petani disbanding komponen teknologi lainnya. Peningkatan produksi yang dihasilkan melalui penggunaan VUB lebih cepat dirasakan petani dan meningkatkan produksi lebih tinggi. Selain itu menurut Arjasa et al. (2004) introduksi VUB dapat meningkatkan produksi sekitar 15-35%.
Pada periode 1943-2007 Balitbangtan telah melepas varietas unggul padi sawah sebanyak 190 varietas (MSyam 2007). Sampai saat ini, varietas padi aktual di hampir seluruh wilayah Indonesia masih didominasi oleh varietas Ciherang kecuali di Sumatera Barat, Jawa Tengah dan JawaTimur, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat dan Papua. Varietas dominan berikutnya adalah Mekonggadan Cigeulis yang pada umumnya tersebar di Sumatera, Sulawesi dan Maluku. Rekomendasi VUB seperti Inpari 1, Inpari 10 dan Inpari 13 serta Mekongga banyak disarankan di wilayah Sumatera kecuali di Sumatera Barat  yang direkomendasikan varietas local seperti Batang Piamandan Batang Lembang. Untuk wilayah Jawa, Bali, NTT dan NTB, banyak direkomendasi Inpari 10, Inpari 13, serta Mekongga. Untuk wilayah Kalimantan, pada lahan beririgasi Mekongga dan pada lahan rawa Inpara 1, Inpara 2 danInpara 4. Untuk wilayah Indonesia Timur seperti di Sulawesi, Maluku, dan Papua direkomendasikan Inpari 10, serta varietas local seperti Tukad Unda, Tukad Balian dan Way Apo Buru.
Rekomendasi varietas untuk mengantisipasi perubahan iklim sangat tergantung dari informasi tingkat kerawanan terhadap bencana baik banjir, kekeringan, maupun OPT. Pada wilayah dengan sifat hujan normal varietas yang direkomendasikan adalah padi spesifik lokasi baik VUB maupun local dengan memperhatikan kondisi agroekologis (Iahan sawah, lahan kering, lahan rawa maupun preferensi masyarakat atau konsumen masing-masing wilayah). Beberapa varietas yang direkomendasikan untuk wilayah yang terkena banjir ringan sampai sedang, adalah Inpari 13, Inpari 29, Inpari 30, Inpara 1, Inpara 2, Inpara 3, Inpara 4 danInpara 5. Untuk wilayah rawan sampai sangat rawan banjir yaitu: Inpara 1, Inpara 2, Inpara 3, Inpara 4, Inpara 5, Kapuas, Batanghari, Banyuasin, danTapus.
Di wilayah terindikasi kekeringan ringan sampai sedang direkomendasikan varietas Inpari 1, Inpari 10, Inpari 11, Inpari 12, Inpari 13, Inpari 18, Inpari 19, Situ Patenggang, Limboto, Situ Bagendit, Silugonggo, dan Inpago 5. Rekomendasi varietas untuk wilayah rawan sampai sangat rawan kekeringan adalah Inpari 10, Inpari 12, Inpari 18, Inpari 19, Situ Patenggang, Limboto, Situ Bagendit, Silugonggo, dan Inpago 5. Varietas yang direkomendasikan untuk wilayah yang terserang tungro ringan sampai sedang yaitu Inpari 4, Inpari 5, Inpari 7, Inpari 8, Inpari 9, Tukad Unda, Bondoyudo, Tukad Petanu, danTukad Balian. Varietas Tukad Unda, Bondoyudo, Tukad Petanu dan Tukad Baliandi rekomendasikan juga untuk wilayah yang terserang rawan sampai sangat rawan.
Pada wilayah yang terindikasi terserang wereng batang coklat (WBC) ringan sampai sedang direkomendasikan varietas Inpari 1, Inpari 2, Inpari 3, Inpari 5, Inpari 6, Inpari 10, Inpari 18, Inpari 19, Widas, Cisantana, Konawe dan Mekongga. Varietas yang direkomendasikan untuk wilayah yang terserang WBC rawan sampai sangat rawan yaitu Inpari 13, Inpari 18, Inpari 19, dan Mekongga.
Varietas yang direkomendasikan untuk wilayah yang terserang Blast ringan sampai sedang yaitu Inpari 14, Inpari 15, Inpari 20, Situ Bagendit, Inpari 12, Inpari 13, Inpari 16, Inpari 11, Inpari 17, Batang Piaman, Situ Patenggang, Limboto, Danau Gaung, dan Batutugik. Varietas Inpari 11, Inpari 17, Batang Piaman, Situ Patenggang, Limboto, Danau Gaung, Batu tugik direkomendasikan untuk wilayah yang terserang rawan sampai sangat rawan.

Sumber : http://m.tabloidsinartani.com/index
Penulis  : Agus Sutaraman
(Ulfah Risnaini_13792)

1 komentar:

  1. Analisis Artikel "Mengenal Varietas Padi yang Adaptif Terhadap Perubahan Iklim"

    Oleh : Ulbab Rimbasari (13569)
    Kelompok 4 Golongan A1.1

    Nilai Penyuluhan :

    Sumber teknologi/ide : Pendekatan operasional dengan memperhatikan informasi antar musim dan waktu tanam yang tepat

    Sasaran : - Langsung : Untuk para petani, tak langsung : untuk para penyuluh pertanian

    Manfaat :Berguna untuk mencegah adanya kerugian akibat padi yang tidak tahan hama dan mengakibatkan gagal panen

    Nilai pendidikan : petani dapat menerapkan pembuatan benih varietas baru yang unggul dan tahan hama sehingga mengurangi kerugian akibat serangan hama

    Nilai Berita :

    Timeline : berita tersebut termasuk baru karena di posting 16 september 2015
    Proximity : dekat dengan petani karena mengajarkan petani untuk embuat bibit unggul
    Importance : beritanya penting karena dapat mencegah kerugian akibat serangan hama
    Consequence : pengadaan bibit unggul dirasa susah untuk langsung diterapkan kepada petani karena ribet dan akibatnya banyak petani yang tidak mengikuti langkah tersebut
    Conflict : Semakin terbatasnya ketersediaan air pengairan dan sumber air, Perubahan iklim akibat pemanasan global yang terwujud dalam bentuk peningkatan suhu udara, kebanjiran dan kekeringan, Pergeseran waktu dan pola tanam, Kecenderungan peningkatan serangan hama dan penyakit tanaman dan Pemilihan komoditas/varietas yang kurang sesuai dengan kondisi iklim.
    Disaster and Crime : Terdapat bencana yang mengakibatkan gagal panen seperti kekeringan dan banjir
    Weather : Dalam berita tersebut juga terdapat informasi mengenai cuaca yang tidak menentu yang mengakibatkan pergeseran waktu pola tanam
    Human Interest : berita tersebut menarik perhatian jika berhasil dilaksanakan.

    BalasHapus